Tuesday, April 30, 2013

Strategi Bisnis UKM: Pilih ATL atau BTL?




Beberapa waktu yang lalu, saya ngobrol dengan seorang pelaku usaha kecil menengah (UKM), sebut saja pak Untung. Di tengah pembicaraan, dia bertanya ”Apa yang dimaksud dengan strategi above the line dan below the line?” Sebelum saya menjawab, Beliau sudah menambah pertanyaan lagi "Bagaimana menerapkan strategi above the line dan below the line dalam bisnis UKM?"

Nah, jika Anda memiliki pertanyaan yang sama seperti pak Untung, selamat membaca tulisan berikut ini dan semoga dapat menginspirasi Anda untuk menyusun strategi pemasaran bisnis UKM Anda.

Konsep above the line dan below the line dalam pemasaran

Istilah above the line (ATL) dan below the line atau (BTL) cukup populer di dunia pemasaran, tapi hingga saat ini belum ada definisi yang pasti untuk menjelaskan konsep tersebut. Salah satu pengertian yang pernah saya dapatkan, above the line merupakan aktivitas pemasaran yang ditayangkan di media massa (cetak, TV, radio, luar ruang), sedangkan aktivitas below the line dilakukan tanpa menggunakan media (pameran, sponsorship).

Sumber lain mendefinisikan below the line ( BTL) sebagai aktifitas marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat pengecer yang bertujuan menarik konsumen supaya menggunakan atau membeli produk, contohnya : program diskon dan uji coba gratis. Di sisi lain, above the line ( ATL ) adalah aktifitas marketing atau promosi yang biasanya dilakukan oleh manajemen pusat sebagai upaya membentuk brand image yang diinginkan, contohnya : iklan di Televisi dengan berbagai versi.

Sebenarnya, istilah “line” (garis) dalam ATL dan BTL itu berawal dari kategorisasi dalam pencatatan keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan pemasaran yang kena komisi biro iklan. Ini dimasukkan dalam biaya penjualan (cost of sales) yang akan menetukan laba kotor (gross profit). Kategori kedua untuk kegiatan pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya dimasukkan dalam biaya operasional yang menentukan laba bersih (net profit). Kedua jenis budget tersebut dipisahkan dengan sebuah garis (line). Yang mengandung unsur komisi, ditulis di bagian atas neraca, disebut sebagai above the line. Sisanya, dijadikan satu di bawah garis tadi, disebut kelompok below the line.

Menerapkan strategi ATL dan BTL

Di luar beragamnya pengertian above the line dan below the line, konsep tersebut Anda terapkan dalam menjalankan bisnis UKM yang Anda jalankan. Gunakan aktivitas ATL, membangun merek atau brand, sedangkan aktivitas BTL digunakan dalam program penjualan.

Program membangun brand penting untuk mengenalkan bisnis atau produk Anda, sehingga calon konsumen mengetahui produk kita dan berpotensi membelinya suatu saat. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain: menjadi memasang iklan di koran, internet, Yellow Pages atau menjadi sponsor di acara TV lokal.

Sementara itu, strategi BTL dilakukan untuk memastikan calon konsumen membeli produk yang sudah dia ketahui (melalui kegiatan membangun merek.) Kadang, konsumen tidak langsung melakukan pembelian meski dia sudah mengetahui produk. Karena itu, perlu program penjualan untuk memicu pembelian produk oleh konsumen. Untuk program penjualan, pebisnis UKM bisa melakukan kegiatan seperti membagi voucher ke calon konsumen potensial atau membuat program diskon di toko.


Setelah konsumen membeli produk, selanjutnya ialah merawat hubungan dengan konsumen sehingga menjadi pelanggan. Buatlah pelanggan bisnis Anda  merasa nyaman dan semakin yakin menggunakan produk dan akan melakukan pembelian ulang di masa depan atau bahkan merekomendasikannya ke orang lain. Dalam tahap ini, brand sangat berperan untuk menguatkan posisi produk Anda dalam benak pelanggan.

Bagaimana menurut Anda?



- Sumber: http://thinkplanaction.blogspot.com/2011/01/pilih-above-line-atau-below-line.html
- Sumber gambar: http://keeldevelopment.files.wordpress.com/2012/03/below-or-above-the-line.jpg Tweet This
»»  READMORE...  

Monday, April 22, 2013

5 Syarat Company Profile Hebat




Anda pasti sudah mengerti bahwa Company Profile yang baik bisa menarik segmen pelanggan yang tepat untuk bisnis perusahaan Anda. Di sisi lain, Company Profile yang buruk dapat membuat pelanggan potensial pindah ke pesaing. Jadi, pastikan bisnis Anda memiliki Company Profile Hebat sehingga dapat menarik perhatian calon pelanggan sekaligus untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Apa saja yang Anda perlukan untuk membuat Company Profile  yang dapat menarik perhatian dan keingintahuan pelanggan potensial perusahaan Anda?

1.    Jelas dan akurat
Pastikan audiens mendapatkan informasi jelas dan akurat mengenai perusahaan Anda. Selalu cek ulang setiap data dan fakta yang ingin Anda sampaikan. Hindari menampilkan informasi yang akan membingungkan audiens.

2.    Mudah dipahami
Selalu gunakan istilah yang sederhana dan mudah dipahami. Company Profile yang Anda buat akan dibaca oleh audiens dengan beragam latar belakang, karena itu gunakan istilah yang biasa digunakan oleh kalangan umum.

3.    Penulisan tepat
Tulis Company Profile perusahaaan Anda menggunakan kata-kata  dan gaya penulisan yang tepat. Bahasa yang berbunga-bunga akan membuat audiens enggan membaca. Sebaliknya, gaya penulisan yang terlalu santai juga akan membuat audiens menyepelekan Company Profile perusahaan Anda.

4.    Bercerita
Ceritakan setiap pencapaian yang menjadi tonggak bersejarah dalam pengembangan perusahaan Anda. Sampaikan juga latarbelakang dan tujuan berdirinya perusahaan, visi dan misi perusahaan serta nilai dan budaya yang menjadi pedoman dalam pengembangan perusahaan. Cerita-cerita tersebut memberikan sentuhan 'manusia' pada Company Profile dan akan membuat audiens antusias membaca dari awal hingga akhir.

5.    Kredibel
Yakinkan audiens bahwa perusahaan Anda dapat diandalkan sebagai mitra bisnis. Tunjukkan orang-orang hebat yang mengelola perusahaan Anda. Selan itu, Anda juga dapat membangun kredibilitas dengan menunjukkan klien yang bekerjasama dengan perusahaan.

Gabungkan semua bahan di atas dalam komposisi yang tepat dalam Company Profile untuk menunjukkan bahwa perusahaan Anda adalah partner yang tepat untuk bekerjasama.



-    Diolah dari berbagai sumber
-    Sumber gambar: http://siddhigems.in/images/LPA%20world%20team.GIF

-    Ditulis untuk: http://companyprofile.co.id/ Tweet This
»»  READMORE...  

Wednesday, April 17, 2013

Strategi Bisnis UKM: Merek VS Penjualan




Di penghujung tahun 2010 yang lalu, saya berkesempatan melakukan pendampingan ke beberapa UKM Bordir Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Ada 3 UKM yang saya kunjungi dan sempat bertukar pikiran dengan pemiliknya, dan ketiganya memiliki permasalahan bisnis yang berbeda. UKM pertama, memiliki keunggulan volume produksi yang besar, sekitar 300 kodi per bulan, tapi sebagian dijual tanpa merek ke pedagang perantara. Skema penjualan seperti itu akan meminimalkan margin keuntungan produsen, dan lebih besar untuk pedagang. Tapi, produsen menganggap hal itu tidak jadi masalah, dengan alasan berbagi rejeki. Bagi saya pribadi, sebuah alasan tersebut tidaklah salah, tapi mungkin kurang tepat.

UKM bordir kedua yang saya kunjungi, memiliki konsep eksklusif untuk produk bordir yang dihasilkannya. Selain memroduksi bordir, pengusaha ini memilki butik di salah satu pusat perbelanjaan di kota Taskmalaya untuk menjual produknya. Melihat bentuk, tampilan dan harga produk, memang menyasar ke kalangan menengah ke atas. UKM terakhir yang saya kunjungi juga memiliki toko sebagai showroom produk bordirnya. Dari hasil ngobrol, ternyata keberadaan toko tidak terlalu berperan dalam penjualan produknya, karena sebagian besar penjualan berupa pesanan dari luar kota.


Membangun merek atau menggenjot penjualan?

Satu hal serupa yang saya temukan dari Ketiga UKM Bordir tersebut di atas yaitu minimnya pemahaman tentang strategi branding atau merek. Semuanya sudah memiliki merek, tapi masih memandangnya sekadar label belaka, bukan sebagai bagian dari strategi pemasaran. Kegiatan branding memang dikenal sebagai sumber biaya (cost center) bukan sumber laba (profit center), sehingga menarik untuk pengusaha UKM.

Dengan kondisi UKM yang masih terbatas baik secara secara modal, jumlah produksi maupun SDM, manakah yang lebih tepat, lebih banyak melakukan aktivitas penjualan ataukah membangun merek? Komprominya ialah lakukan penjualan secara eceran untuk membangun merek dan mulailah menjual ke pasar B2B (bisnis ke bisnis) untuk mendapatkan omzet yang lebih besar. Kedua aktivitas ini idealnya dilaksanakan secara beriringan, bukan saling mengalahkan. Pasar bisnis ke bisnis, lebih menghasilkan volume penjualan besar tapi dengan keuntungan tipis. Sementara, penjualan eceran akan memberikan keuntungan yang lebih besar serta memungkinkan pembangunan merek produk.


Menyelaraskan strategi jangka panjang dan strategi jangka pendek

Membangun brand adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu cukup lama dan biasanya melalui enam tahap sebelum memungkinkan terjadinya penjualan berkesinambungan:
1. Tahap pengenalan (aware).
2. Tahap mengerti benefit atau positioning (understand).
3. Tahap meyakinkan bahwa produk lebih baik dari pesaing (preference).
4. Tahap membangkitkan semangat mencoba, membeli secepatnya (convince).
5. Tahap terciptanya penjualan (action/selling).
6. Tahap pembelian kembali (repeat).

Jika pengusaha UKM memandang secara jangka pendek, tentu saja branding bukan pilihan yang populer. Tapi, untuk jangka panjang, pengusaha UKM akan mendapatkan banyak keuntungan dari aktivitas branding. Jadi, aktivitas berbasis penjualan dan kegiatan untuk branding, sebaiknya bisa berjalan beriringan dan saling menguatkan.

Bagaimana menurut Anda?


-Sumber tulisan: http://thinkplanaction.blogspot.com/2010/12/strategi-bisnis- 
  ukm-menyelaraskan.html

-Sumber gambar: http://blog.sribu.com/wp-content/uploads/2013/01/online-marketing-2-300x209.jpg Tweet This
»»  READMORE...  

Monday, April 8, 2013

7 Jurus Mengenalkan Bisnis Anda secara Efektif





Selamat siang semuanya. Nama saya Afi, 25 tahun. Saya seorang Sarjana Arsitektur dari Universitas Diponegoro. Saat ini saya bekerja sebagai Penulis Kreatif di Lorco Menara Multimedia Bandung. Saya hobi membaca dan wisata kuliner.”



Mungkin seperti itulah cara kita memperkenalkan diri kepada seseorang yang baru kita kenal. Perkenalan diri  merupakan langkah pertama yang harus kita lakukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Perkenalan diri yang efektif sangat menentukan proses komunikasi selanjutnya.


Begitu juga dengan perusahaan, ia perlu memperkenalkan dirinya ke pihak lain untuk memulai berkomunikasi. Perusahaan dapat memperkenalkan diri melalui media cetak, video, atau situs online dalam sebuah media yang disebut Company Profile.


Untuk menciptakan Company Profile yang dapat mengomunikasikan perusahaan Anda  secara efektif, pastikan Anda menampilkan 7 hal berikut ini:

1.    Tuliskan tujuan utama dari bisnis perusahaan  Anda
Anda bisa mulai dengan menampilkan fakta penting mengenai perusahaan Anda. Pilihan lainnya     adalah menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan Anda.

2.    Ceritakan sejarah perusahaan Anda
Ceritakan bagaimana perjuangan para pendiri perusahaan di awal berdiri perusahaan Anda. Kemudian, tampilkan pencapaian penting yang berhasil diraih perusahaan dari awal berdiri hingga saat ini.

3.    Jelaskan kegiatan utama perusahaan Anda
Gambarkan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan Anda. Jelaskan nilai dan budaya yang menjadi panduan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.

4.    Tampilkan produk utama perusahaan Anda
Jelaskan apa layanan atau produk utama yang dihasilkan perusahaan Anda dan gambarkan seberapa luas wilayah yang sudah terjangkau.

5.    Tampilkan prestasi perusahaan Anda
Jelaskan pencapaian perusahaan Anda dalam waktu dekat ini dan bagaimana rencana untuk mempertahankan serta meningkatkan pencapaian tersebut di periode berikutnya. Tampilkan juga penghargaan dan sertifikasi dari lembaga yang berkompeten yang menunjukkan keunggulan perusahaan Anda.

6.    Pamerkan siapa pelanggan utama perusahaan Anda.
Kenalkan siapa saja pelanggan yang menggunakan produk dan layanan perusahaan Anda. Jelaskan bagaimana hubungan kerjasama yang telah berjalan dan ceritakan bahwa pelanggan sangat yakin dan puas dengan kinerja perusahaan Anda.

7.    Tambahkan sentuhan personal dalam profil perusahaan Anda
Ceritakan tentang program sosial dan pemberdayaan masyarakat atau program pelestarian lingkungan yang perusahaan Anda jalankan. Anda juga bisa menampilkan seseorang yang merasakan manfaat dari program tersebut.


Company Profile akan menjadi referensi untuk pelanggan, karyawan, pemasok, investor, media dan stakeholder lainnya. Karena itu, pastikan perusahaan Anda memiliki Company Profile yang menampilkan 7 elemen di atas agar dapat mengomunikasikan perusahaan Anda secara efektif.



- Diolah dari berbagai sumber
Tweet This
»»  READMORE...  

Friday, March 18, 2011

Model bisnis freemium: Jadikan produk Anda sebagai candu





Salah satu model bisnis yang cukup berkembang saat ini ialah freemium, yang mengkombinasikan layanan free dan premium. Model bisnis ini semakin populer karena banyak perusahaan online yang menggunakannya, misal layanan untuk menyimpan atau berbagi file seperti Mediafire, dan layanan telepon melalui internet seperti Skype. Apa saja yang perlu Anda persiapkan untuk membangun bisnis menggunakan model freemium ini?

Uang vs Perhatian
Dalam skema bisnis freemium, hal pertama yang harus Anda lakukan ialah merebut perhatian calon konsumen. Salahsatu cara termudah untuk memikat calon konsumen Anda ialah dengan membagikan produk Anda secara gratis kepada mereka. Setelah konsumen bersedia mencoba produk Anda, baru dilakukan upselling untuk menjual produk versi berbayar atau menjual produk Anda yang lain.

Skype bisa menjadi contoh model bisnis freemium yang cukup berhasil. Skype adalah layanan yang memungkinkan penggunanya melakukan panggilan telepon dengan biaya yang sangat murah, bahkan gratis. Untuk versi gratis, pengguna hanya bisa melakukan panggilan ke sesama pengguna Skype. Tapi, jika pengguna ingin melakukan panggilan ke pesawat telepon, ia harus membayar meski dengan harga yang lebih murah dibanding layanan telepon biasa.

Batas yang jelas antara Free dan Premium
Untuk menerapkan model bisnis freemium, sebaiknya Anda memulai dengan memberikan batasan dan pilihan yang jelas antara yang gratis dan berbayar, beserta dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misal, untuk layanan email gratis, konsumen hanya mendapatkan kapasitas 1 GB, tapi akan ditingkatkan mejadi 20 GB hanya dengan membayar Rp 100.000 per bulan.

Biarkan konsumen untuk mencoba dan merasakan

Dengan membiarkan konsumen untuk mencoba produk Anda secara gratis, akan menciptakan pengalaman bagi konsumen. Jika mereka merasa puas dengan kualitas produk Anda, sudah pasti mereka akan stia menggunakan produk Anda dan dengans senang hati merekomendasikannya kepada orang lain. Selanjutnya, Anda perlu memikirkan bagaimana caranya supaya pengguna “kecanduan” dengan produk Anda, dan ini merupakan kunci model bisnis freemium. Ketika penggguna mulai tergantung dengan produk atau layanan Anda, berikan pilihan untuk mengunakan layanan berbayar dengan fasilitas lebih lengkap daripada versi gratis. Pengguna yang sudah jatuh cinta dengan produk Anda, tentu akan lebih mudah beralih ke produk versi berbayar yang Anda tawarkan.

Berikan layanan luarbiasa

Satu hal yang perlu Anda perhatikan, untuk menjalankan konsep bisnis freemium, Anda harus memberikan layanan yang luarbiasa kepada konsumen. Dengan dukungan layanan yang optimal serta konsisten, konsumen tak perlu berpikir panjang jika suatu saat ingin menggunakan layanan versi berbayar.

Bagaimana, apakah Anda siap menjalankan bisnis Freemium?

-Diolah dari berbagai sumber
- Sumber gambar:  http://www.iheartfris.co/wp-content/uploads/2012/11/free.jpeg
Tweet This
»»  READMORE...  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...